Rabu, 15 Juni 2016

Kontribusi Kajian Teori Agama dan Sosial Di Bidang Ilmu Perpustakaan



Pada kajian teori Agama dan Sosial kita mempelajari berbagai teori ata pemikiran para ilmuan dan filsuf mengenai masyarakat dan agama atau kepercayaan yang dianutnya. Lalu apa kontribusi dari kajian Teori Agama dan Sosial ini bagi Ilmu Perpustakaan dan khususnya bagi kita pustakawan?. Pada kajian teori Agama dan Sosial kita mempelajari makna dari masyarakat yang merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah kehidupan. Dalam kajian tersebut dijelaskan bahwa masyarakat terbentuk karena adanya individu atau manusia yang berkumpul. Hal ini didukung oleh Emile Durkheim, yaitu salah satu tokoh yang menurut saya pemikirannya sangat berpengaruh di dalam Kajian Teori Sosial dan Agama selain Karl Mark dan Max Weber. Emile Durkheim menyatakan bahwa tanpa adanya manusia masyarakat tidak akan bisa terbentuk dan tidak akan pernah ada. Terbentuknya suatu masyarakat ini yang kemudian dapat memunculkan diantaranya struktur sosial dan sistem budaya. Dimana di dalam sistem budaya ini memunculkan adanya simbol, gesture, bahasa, norma, adat istiadat, tradisi, kepercayaan, agama dan hukum. Hal ini yang menjadikan adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya atau masyarakat antar daerah. Munculnya berbagai perbedaan ini menjadikan adanya ciri khas dari sebuah masyarakat pada suatu tempat. Namun, pada dasarnya adanya berbagai perbedaan ini merupakan sebuah bentuk perlindungan diri agar dapat bertahan hidup dengan kondisi dan keadaan yang ada. Seperti contohnya masyarakat yang tinggal di dataran tinggi dalam kesehariannya menggunakan pakaian yang tebal karena cuacanya dingin, dan berusaha mengurangi aktivitas dimalam hari karena cuaca pada malam hari lebih dingin. Hal ini berbeda dengan masyarakat yang tinggal di dataran rendah dekat pantai yang dalam kesehariannya terbiasa menggunakan pakaian yang tidak terlalu tebal karena cuacanya yang panas, sehingga mereka juga berusaha mengurangi aktivitas disiang hari. Adapun contoh lainnya adalah adanya perbedaan pada masyarakat kota yang sudah terbiasa dengan adanya kemajuan teknologi, dibandingkan dengan masyarakat desa yang hanya mengandalkan alat-alat tradisional. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar atau alam, dan ilmu pengetahuan yang mereka terima. Selain itu, menurut Emile Durkheim seorang individu sebagai komponen penting terbentuknya sebuah masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-harinya tidak mungkin dapat terlepas dari masyarakat sekitarnya, termasuk dalam beribadah.
Adanya kajian yang telah dipaparkan diatas menunjukkan jika adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya baik dari segi agama, budaya, adat istiadat dan lain sebagainya merupakan sesuatu yang wajar yang tidak dapat disalahkan. Hal ini dikarenakan perbedaan itu terbentuk berdasarkan respon masyarakat tersebut terhadap lingkungan alam sekitarnya, dan ilmu pengetahuan yang menerpanya. Maka, kita tidak bisa dengan begitu saja merubah dengan cara menyamakan atau membandingkan suatu agama, budaya, adat istiadat, dan lain sebagainya pada suatu masyarakat sesuai dengan pemikiran kita.
Melalui kajian ini kita sebagai pustakawan jadi memiliki perspektif lain ketika memandang perbedaan pengguna perpustakaan yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, kita juga dapat membuat layanan yang sesuai dengan keadaan masyarakat yang menjadi pemustaka atau pengguna perpustakaan berdasarkan kultur budaya, mata pencaharian, dan berbagai keanekaragaman yang ada pada masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, Pustakawan dapat menciptakan layanan perpustakaan yang humanis untuk pemustaka atau pengguna perpustakaannya.

Daftar Bacaan:
Daniel L. Pals. 2012. Seven Theories Of Religion. Yogyakarta: IRCiSoD.

1 komentar: